*** A G N U S - D E I ***
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sabtu, 16 April 2011

SAKRAMEN DALAM GEREJA ORTHODOX

empat utama di dalam ibadah Kristen dimiliki oleh sakramen-sakramen atau, sebagaimana hal itu disebut dalam bahasa Yunani, mysterion, “ini disebut sebagai suatu misteri”. St. Yohanes Kristostomos dalam ulasannya mengenai Perjamuan Kudus mengatakan: “karena apa yang kita percayai tidak sama dengan apa yang kita lihat, tetapi kita melihat suatu hal dan percaya hal yang lain… Apabila kita mendengar Tubuh Kristus disebutkan, aku mengerti apa yang dikatakan dalam makna yang satu, dan orang yang tidak percaya mengertinya dalam makna yang lain.”

Sifat ganda ini, sekaligus bersifat nampak mata dan makna batiniah, adalah ciri yang khas dari sakramen. Sakramen-sakramen, sebagaimana Gereja, itu bersifat baik nampak maupun tak nampak; di dalam setiap sakramen ada suatu perpaduan antara tanda yang nampak mata dengan rahmat rohani yang tidak nampak mata yang bersifat batiniah. Pada saat pembaptisan orang Kristen mengalami suatu pembasuhan dengan air secara nampak mata dan pada saat yang bersamaan dia dibersihkan batinnya dari dosa; pada saat Perjamuan Kudus orang Kristen menerima apa yang nampak dari titik pandang yang nampak mata sebagai roti dan anggur tetapi dalam realitanya ini adalah Tubuh dan Darah Kristus.

Dalam kebanyakan sakramen-sakramen Gereja mengambil benda-benda jasmani -air, roti, anggur, minyak- dan membuat sebagai wahana dari Roh Kudus. Dengan cara ini sakramen-sakramen menengok ke belakang kepada Inkarnasi, ketika Kristus mengambil daging jasmani dan membuatnya suatu wahana dari Roh Kudus; dan mereka melihat ke depan, atau lebih baik mereka disebut mengantisipasi, apokatastasis dan penebusan akhir dari benda jasmani pada Akhir Zaman. Iman Kristen Orthodox menolak setiap usaha untuk memperkecil makna jasmaniah dan sakramen-sakramen. Pribadi manusia harus dilihat di dalam istilah yang bersifat utuh, sebagai kesatuan yang integral antara jiwa dan tubuh, dan dengan demikian ibadah sakramental dimana kita manusia-manusia yang ikut ambil bagian harus melibatkan kepenuhan tubuh kita bersama dengan pikiran kita. Baptisan dilakukan dengan penyelamat; Pada saat Perjamuan Kudus roti beragi yang dipersiapkan dengan doa digunakan, bukan hanya sekedar roti biasa; pada saat Pengakuan Dosa pelayan pengakuan dosa tidak memberikan absolusi dari tempat yang jauh, tetapi meletakkan tangannya di atas kepala dari orang yang bertobat; pada saat penguburan, peti mati biasanya dibiarkan terbuka dan semua orang mendekati jenazah untuk memberikan ciuman yang terakhir –jenazah dari orang mati adalah suatu sasaran cinta kasih, bukan sesuatu yang harus ditakuti.

Gereja Orthodox biasanya berbicara mengenai 7 (tujuh) sakramen, pada dasarnya 7 sakramen yang sama sebagaimana dalam teologia Roma Katolik.

1. Sakramen Baptis
2. Sakramen Ekaristi
3. Sakramen Krisma
4. Sakramen Imamat
5. Sakramen Tobat (Pengakuan Dosa)
6. Sakramen Perminyakan (Orang Sakit)
7. Sakramen Pernikahan Kudus

Hanya pada abad ke-17 sajalah, ketika pengaruh Latin mencapai puncaknya, daftar ini menjadi tetap dan menentukan. Sebelum saat itu para penulis Orthodox memiliki pandangan yang sangat berbeda-beda mengenai jumlah sakramen itu : St. Yohanes Damaskus hanya menyebutkan hanya dua Sakramen; St. Dionysius Areopagetus hanya menyebutkan enam Sakramen; St. Yoasaf dari Efesus menyatakan terdapat 10 Sakramen; tetapi kebanyakan para teolog Byzantium pada kenyataannya hanya menyatakan 7 sakramen. Bahkan pada masa kini jumlah 7 itu tidak mempunyai makna dogmatik yang khusus bagi Teologi Orthodox, tetapi ini digunakan terutama sekali sebagai cara mudah untuk mengajar saja, hanya untuk praktikalitasnya saja.

Mereka yang menganggap dalam istilah “7 sakramen” harus berhati-hati untuk menjaga 2 kesalahfahaman. Pertama, sementara semua yang tujuh itu adalah betul-betul sakramen yang benar, namun tidak semuanya mempunyai makna penting yang sama, tetapi ada suatu “jenjang” tertentu di antara mereka. Misalnya, Perjamuan Kudus, terdiri pada dari hidup dan pengalaman Kristen dalam suatu cara dimana pengurapan bagi orang sakit tidak mempunyai makna yang seperti itu. Di antara 7 sakramen, Baptisan dan Perjamuan Kudus menempati suatu posisi yang khusus; dengan menggunakan suatu ungkapan yang diambil dan digunakan oleh Komite Bersama dari para teolog Orthodox Romania dan Anglikan di Bukharest pada tahun 1935, 2 sakramen ini “menempati tempat paling unggul di antara mysteri-mysteri Ilahi yang lain”.

Kedua, apabila kita berbicara mengenai “7 sakramen”, kita jangan sampai pernah mengisolasikan yang 7 ini dari banyak tindakan yang lain di Gereja yang juga mempunyai suatu sifat sakramental, yang untuk mudahnya sering diistilahkan sakramental. Termasuk di antara yang disebut sakramental-sakramental ini adalah ibadat Kaul Kekal bagi para biarawan dan biarawati, pemberkatan agung untuk air pada hari raya Epifania, ibadat penguburan orang mati, pengurapan bagi pentobatan seorang raja. Di dalam semuanya ini ada suatu kombinasi dari tanda luar yang nampak dan rahmat rohani yang tidak nampak mata. Gereja Orthodox juga menggunakan sejumlah besar pemberkatan-pemberkatan kecil, dan ini juga, mempunyai sifat sakramental: pemberkatan buah-buahan, sawah ladang, rumah-rumah; dan semua pemberkatan untuk benda-benda atau unsur-unsur tertentu. Pemberkatan dan ibadat kecil ini sering sangat praktis dan macam-macam jumlahnya, ada doa untuk pemberkatan kendaraan baru atau mesin kereta api, atau untuk menghilangkan gangguan tikus atau rayap dari suatu rumah.

Antara makna yang luas dan makna yang sempit dari istilah “Sakramen“ tidak ada garis batas yang kaku. Seluruh kehidupan Kristen harus dilihat sebagai suatu kesatuan, suatu misteri yang tunggal atau satu sakramen agung. Sakramen-sakramen itu harus bersifat pribadi : mereka itu adalah sarana dimana rahmat Allah diterapkan kepada setiap orang Kristen secara orang per orang. Untuk alasan ini, di dalam kebanyakan sakramen-sakramen dari Gereja Orthodox, Presbiter menyebut nama Baptis dari masing-masing orang ketika dia melayankan sakramen. Ketika memberikan Perjamuan Kudus; misalnya dia mengatakan: ”hamba Allah …….. (nama) menerima tubuh dan darah Tuhan kita yang kudus dan mulia”, pada waktu Pengurapan Orang Sakit dia mengatakan “Ya Bapa, sembuhkan hambamu ........(namanya) dari sakitnya baik tubuh maupun jiwa”; pada saat saat pentahbisan Uskup mengatakan, “rahmat Allah, yang selalu menyembuhkan apa yang lemah dan membuat penuh apa yang kurang, mentahbiskan .......(nama)”. Untuk dicatat bagaimana di dalam masing-masing kasus itu, pelaksana sakramen tidak berbicara dalam bentuk orang pertama tunggal; dia tidak mengatakan, “aku membaptiskan …. “, “aku mengurapi….”, atau “aku mentahbiskan ….”. “Misteri-misteri” ini bukanlah tindakan kita tetapi tindakan Allah di dalam Gereja; dan pelayan yang sebenarnya itu adalah Kristus sendiri. Sebagaimana yang dikatakan oleh St. Yohanes Kristostomos “Imam hanya sekedar meminjamkan lidah dan menyediakan tangannya”.
 
Oleh Ranto Manalu
http://www.facebook.com/topic.php?uid=151351931555345&topic=200
 

5 komentar:

Obet Poenya mengatakan...

tks ya gan...
udah ane follow, pasang link + banner silahkan di cek gan...

jangan lupa pasang balik ya.... :)

tks atas kerjasamannya...

News Online mengatakan...

Halo Sob. :)
Salam Dari putrabima -sahabat Ponsel dan Salam dari Gerja Katolik Santo mikael Gombong.

WINDEARTFLY mengatakan...

ada award untuk agan, mhon diterima
http://www.windeartfly.co.cc/2011/04/first-award-blogger-choice-award.html

Obet Poenya mengatakan...

Makasih Sob...
Tuhan Beserta Kita selalu... ;)

rumputilalang mengatakan...

nice post sobatku....
salam damai dari Jogja

Protected by Copyscape Duplicate Content Protection Tool
Template by : Roberth Fabumasse @2017