JANGAN TAKUT STRATEGI SETAN
Hari ini banyak orang menyebut dirinya sebagai pengikut Kristus namun ia masih berpola pikir seperti iblis. Karena itu setiap orang Kristen perlu tahu strategi-strategi setan dengan demikian kita tidak mudah masuk dalam jebakan iblis sebab sekali kita masuk jebakannya maka akan sulit keluar, iblis akan membelenggu kita. Hanya Kristus Yesus, pemegang otoritas tertinggi yang dapat melepaskan kita dari ikatan belenggu iblis. Tuhan Yesus dapat mengusir setan di Gadara ini membuktikan otoritas Kristus lebih besar dari otoritas setan. Setan menjadi takut dan gemetar ketika ia berhadapan dengan Anak Allah. Ironisnya, orang lebih takut pada kuasa setan daripada kuasa Tuhan yang kepada-Nya setan menjadi takut. Setelah Kristus mati dan bangkit maka tidak ada kekuatan apapun yang dapat melawan kuasa Allah bahkan iblis pun takut kepada anak Tuhan sejati sebab kepada mereka diberinya kuasa sehingga kita dapat berkata, “Hai, maut dimanakah sengatmu?“ Namun realita tidaklah demikian Tuhan Yesus datang untuk menolong orang yang kerasukan tapi Tuhan Yesus justru yang diusir pergi.
Kekuatan orang yang dirasuk setan ini pastilah sangat dahsyat sebab sekian lama ia dirasuk dan tidak ada seorang pun yang dapat menyembuhkannya bahkan dirinya sendiri tidak mampu mengendalikan kuasa setan yang telah membelenggunya. Hari itu Tuhan Yesus datang ke Gadara khusus untuk menyembuhkan orang yang kerasukan namun reaksi yang ditunjukkan oleh orang Gadara sangatlah mengejutkan, orang-orang Gadara itu menjadi takut (Mrk. 5:15). Ternyata “demonstrasi kuasa Allah“ itu tidak membuat orang-orang Gadara bersyukur dan sujud menyembah pada-Nya tetapi mereka takut dan mengusir Yesus. Bukan ucapan terima kasih yang Tuhan Yesus terima sebab Dia sudah menyelesaikan masalah yang selama ini tidak dapat mereka atasi; penduduk Gadara takut melihat orang yang sudah waras dan ketakutan itu mampu mengusir Yesus. Reaksi yang ditunjukkan oleh orang-orang Gadara ini sungguh tidak masuk akal maka hal ini membuat kita bertanya-tanya what is the strategy of satan?
I. Fearness Authority
Kalau kita mau jujur menilik ke dalam hati kita, apakah kita suka kalau Tuhan Yesus ikut campur tangan dalam hidup kita? Mungkin kita juga akan berpola pikir seperti orang-orang Gadara, kita tidak suka kalau Tuhan Yesus mengatur hidup kita; pikiran kita telah dikuasai oleh iblis sehingga tanpa sadar sebenarnya kita lebih pro pada iblis meski mulut kita berkata, “Aku anak Tuhan.“ Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa mereka justru mengambil keputusan untuk mengusir Yesus pergi padahal Tuhan Yesus telah menolong mereka dengan mengusir setan? Apa yang sebenarnya ada dalam pemikiran mereka sehingga mereka mengambil keputusan itu? Mengapa mereka tidak dapat melihat bahwa Yesus adalah Anak Allah seperti yang diteriakkan oleh iblis? Seluruh orang Gadara seharusnya bersyukur dan sujud menyembah pada Tuhan Yesus, Anak Allah, setan pun harus tunduk kepada-Nya sebab otoritas tertinggi ada ditangan-Nya namun orang-orang Gadara justru merasa terganggu dengan kehadiran Kristus.
Ketika kita melihat figur otoritas, maka pertanyaannya adalah figur seperti apa yang mempunyai otoritas tinggi dan yang kepadanya kita taat, yakni orang yang kejam dan menakutkan ataukah orang yang lemah lembut dan suka menolong? Kepada siapakah anda menundukkan kepala dan taat? Image authority kita telah terkondisi sedemikian rupa sehingga pada orang yang baik dan lemah lembut tapi berkuasa besar, kita tidak takut bahkan kita cenderung mau memberontak sedang pada orang yang kejam dan menakutkan, orang akan tunduk meskipun kelasnya sangat rendah. Kristus adalah otoritas tertinggi tapi sedikitpun Kristus tidak memberikan gambaran kegarangan. Setan tahu kalau otoritas yang ia miliki bukanlah otoritas tertinggi karena itu, ia selalu memakai wajah garang dan seram supaya orang tunduk padanya. Ironisnya, orang lebih suka pada pemimpin yang jahat daripada pemimpin yang baik dan lemah lembut. Betapa mengerikan kalau kita tidak mengerti dan salah menundukkan diri. Hati-hati, iblis memakai faktor “takut“ untuk mencengkeram manusia. Perhatikan, kata “takut“ ini berulang kali dipakai oleh iblis. Ketakutan ini muncul sebagai akibat dari dosa. Sebelum manusia jatuh dalam dosa, seluruh alam semesta tertata dengan sangat rapi dan harmoni namun dosalah yang menjadikan alam semesta disharmony dan dunia dikuasai oleh ketakutan. Kalau kita pertajam, manusia sebenarnya takut mati. Setan sangat licik, ia memakai ketakutan untuk menjatuhkan manusia, yakni dengan mengiming-imingi jalan keselamatan dan celakalah kalau orang tidak mengerti bahwa keselamatan itu bukanlah keselamatan sejati malah berakhir dengan kebinasaan. Menakut-nakuti manusia dengan kematian adalah cara iblis yang paling ampuh supaya manusia mau tunduk padanya. Ketakutan itulah yang menjadikan iblis menjalankan otoritasnya. Kepada siapa kita takut maka itu berarti kita telah berada di bawah penguasaannya maka orang yang takut setan berarti ia telah menyerahkan dirinya di bawah kuasa setan yang sifatnya mematikan. Tuhan Yesus datang melepaskan kita dari belenggu ketakutan ini. Alkitab menegaskan barangsiapa ada di dalam Kristus maka ia tidak lagi dicengkeram oleh Roh ketakutan sebab Tuhan telah menyelamatkan kita dan Tuhan juga telah menghidupkan kita sehingga kita tidak perlu takut lagi akan kematian.
Satu-satunya cara supaya kita terlepas dari cengkeraman ketakutan itu adalah kalau kita menjadi anak Tuhan yang sejati. Sebagai anak Tuhan sejati, jangan takut pada kuasa setan justru sebaliknya setan yang seharusnya pada anak Tuhan sejati. Sayangnya, orang Kristen tidak mengerti sebab contoh di dunia terlalu sedikit. Setan tidak pernah memakai kehidupan Ayub, Paulus atau para tokoh iman lain yang telah menang melawan iblis sebagai contoh teladan untuk manusia. Ingat, setan tidak boleh mencobai manusia tanpa seijin dari Tuhan. Alangkah indahnya hidup yang berada dalam anugerah Tuhan sebab kita tidak perlu lagi merasa kuatir. Ingat, rasa kuatir kita tidak akan menambah satu inci hidupmu. Mengikut Tuhan maka dunia ini tidak lagi menakutkan, tidak ada sesuatu apapun yang dapat menakutkan kita. Kiranya hal ini menjadi kekuatan bagi kita sehingga merubah seluruh aspek cara hidup kita dengan demikian kita tidak dicengkeram oleh ketakutan.
Apa yang menyebabkan orang-orang Gadara ini ketakutan? Sesungguhnya, orang Gadara ini takut kalau setan yang tadinya ada pada dua orang yang kerasukan itu pindah ke mereka dan menganggu hidup mereka. Mata rohani mereka telah dibutakan oleh kuasa setan sehingga mereka tidak dapat melihat keselamatan yang telah Kristus kerjakan, mereka tidak menyadari bahwa kalau Kristus dapat menyembuhkan dua orang yang kerasukan maka Kristus pun dapat menyelamatkan seluruh penduduk Gadara. Ketakutan telah menguasai hidup mereka sedemikian rupa sehingga mereka tidak lagi dapat melihat dengan tepat. Ironis, orang seharusnya bersyukur ketika ada orang yang diselamatkan tapi sikap yang kita lihat justru terbalik. Sikap orang Gadara ini pun sekarang juga terjadi, banyak orang tidak suka kalau banyak orang yang diselamatkan; orang takut kalau semakin banyak orang yang bertobat dan menjadi pengikut Kristus maka jiwanya juga menjadi terancam. Merupakan suatu sukacita kalau kita menjadi martir bagi-Nya. Ingat, Tuhan telah memilih kita dari dunia, sebab itulah dunia akan membenci kita.
II. Change of Priority
1. Secondary Purpose
Apa yang seharusnya menjadi hal yang terutama oleh setan justru ditiadakan dan hal yang sekunder itulah yang ditonjolkan sampai akhirnya pola berpikir manusia berbeda. Pemikiran manusia sangat terkondisi dengan informasi apa yang dimasukkan dalam pikiran kita dan bagaimana cara men-indoktrinasi maka media itu menjadi berbahaya. Media bersifat subyektif, sebagai contoh, media dapat menjadi sarana bagi para penulis untuk mengarahkan pembacanya sedang data itu sendiri bersifat obyektif. Dengan data yang sama pula maka media itu dapat dipakai untuk mengarahkan seseorang untuk menjadi seorang pemberontak atau penurut. Hati-hati, setan memakai sarana ini supaya kita lebih memperhatikan hal-hal yang sekunder dan meniadakan hal yang utama. Dengan caranya yang licik, iblis meng-indoktrinasi kita dengan memberikan informasi yang tidak penting dan menyembunyikan kebenaran. Anak Tuhan harus berkata kebenaran, jangan tutupi kebenaran dengan motivasi lain. Orang-orang di Gadara tidak dapat melihat hal yang inti, yakni Yesus datang untuk menyembuhkan orang yang kerasukan dengan liciknya, setan menutupi motivasi yang utama tersebut dan mengatakan kedatangan Yesus adalah untuk menganggu. Pikiran orang-orang Gadara telah dirasuk oleh iblis maka tidaklah heran kalau mereka kemudian mengusir Yesus.
2. Secondary Value
Setan juga menggeser konsep nilai. Yesus menyelamatkan orang yang kerasukan itu karena Yesus tahu nyawa manusia lebih berharga dari apapun namun orang Gadara tidak memperhatikan hal itu, mereka justru memikirkan kerugian materi yang harus mereka tanggung karena 2000 ekor babi mati, pikiran mereka telah dibutakan oleh materi, pig thinking. Manusia tidak dapat lagi menilai yang esensial, bahkan demi untuk mendapatkan sedikit uang, orang rela menjual harga dirinya. Setan telah berhasil merusak konsep nilai sehingga orang tidak tahu lagi mana yang bernilai tinggi dan mana yang bernilai rendah. Umumnya, orang menilai berdasarkan empat variabel, yaitu: 1) asumsi atau instinct, 2) kemampuan atau kapasitas diri, 3) selera masing-masing, 4) obyek benda. Dari keempat variabel di atas, menilai yang paling tepat haruslah secara obyektif dan hal itu tidaklah mudah sebab dibutuhkan studi dan kecermatan tinggi. Setan tahu bagaimana caranya menarik manusia supaya menjadi pengikutnya, yaitu setan akan menjepit dan membawa kita pada kepentingan subyektifitas dan akhirnya kita tidak dapat menghindar. Tanpa kita sadari, kita pun ikut dengan cara setan dan value system kita persis dengan setan. Ingat, segala sesuatu yang Tuhan kerjakan atas diri kita tidak akan pernah merugikan atau mengecewakan.
3. Secondary Effects
Setan menggeser dampak untuk Tuhan menjadi dampak untuk manusia. Setan tidak pernah mengajarkan bahwa segala sesuatu yang kita kerjakan dampak akhirnya adalah untuk Tuhan. Tidak! Setan mempengaruhi manusia sedemikian rupa supaya segala sesuatu yang dikerjakan demi untuk kepentingan humanistik, egoisme manusia. Dengan akal liciknya, setan menawarkan kenikmatan sesaat sehingga manusia tidak menyadari bahwa semua kepentingan diri itu akan membawanya pada kematian kekal. Orang Gadara lebih memilih mengusir Yesus dan kehilangan keselamatan. Pikiran mereka telah dikuasai oleh iblis sehingga mereka hanya berpikir tentang babi-babi yang mati, yaitu kerugian materi. Sangatlah disayangkan, mereka tidak dapat melihat efek yang menyangkut tentang kemuliaan Tuhan, iblis telah membutakan mata rohani mereka sehingga mereka hanya melihat kemuliaan manusia. Inilah cara iblis menipu manusia sehingga manusia tidak bisa lepas dari cengkeramannya itulah sebabnya Tuhan Yesus langsung pergi tanpa memberikan penjelasan kepada mereka karena memang tidak perlu, pikiran mereka telah dibutakan kuasa iblis.
Celakalah, kalau hidup kita hanya untuk mengejar kemuliaan diri berarti iblis telah berhasil menguasai kita sehingga kita tidak dapat melihat kemuliaan Tuhan dalam setiap aspek hidup kita. Setan sangat pandai menggoda manusia dengan mengiming-imingi harta di dunia sehingga manusia dengan ambisinya mengejar harta yang sifatnya sementara. Ingat, apalah gunanya mencari harta di dunia kalau hidup kita hanya berakhir dengan kebinasaan. Setan pintar sekali menutup dampak-dampak yang harusnya membawa kita pada surga dan ia membawa kita pada dampak-dampak yang berakhir dengan kebinasaan. Semua dampak yang sifatnya positif, setan tutup dan setan ganti dengan segala hal yang negatif. Biarlah apapun yang kita kerjakan, kerjakanlah untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Sayang, banyak orang Kristen yang tidak menjadi saksi, segala sesuatu yang ia lakukan hanya memalukan nama Tuhan. Hati-hati ini juga salah satu strategi setan yang menjebak orang Kristen supaya berbuat sesuatu yang kemudian memalukan nama Tuhan. Biarlah kita mencontoh teladan Tuhan Yesus sebagai pemegang otoritas tertinggi namun Ia lemah lembut dan berintegritas. Amin.
Diambil dari khotbah : Rev. Sutjipto Subeno
0 komentar:
Posting Komentar