Nasi Kuning Maluku Utara dan Filosofi Kesultanan
Nasi Kuning Telur dengan filosofi kesultanannya |
Sedikit tidak terlihat apa hubungan antara cerita nasi kuning dengan filosofi kesultanan, tapi ini memang dipercaya oleh sebagian masyarakat dan memang masuk akal ketika kita memahaminya. Nasi kuning yang dikenal sebagai nasi yang khas pula di daerah Maluku Utara sedikit memiliki filosofi yang sering dimaknai oleh masyarakat.
Terdapat makna yang jelas antara makna warna pada nasi kuning, putih dan kuning, putih memaknai kesultanan, dan kuning memaknai masyarakat. Nasi kuning tumpeng yang di atasnya diberikan satu butir telur ayam, dapat menandakan filosofi ini. Tampak dari luar hanya terdapat warna kuning dari nasi dan warna putih dari telur. Telur berada di atas puncak tumpeng nasi kuning menandakan bahwa masyarakat Maluku Utara diayomi oleh kesultanan yang dipimpin oleh seorang sultan yang membawahi atau mengayomi masyarakat.
Filosofi telur ayam yang dimana bahwa pada satu butir telur terdapat putih telur dan kuning telur, dan ketika telur itu dibelah maka akan terdapat kuning telur yang berada di dalam putih telur, hal ini memiliki makna bahwa masyarakat berada di dalam lindungan kesultanan, dan di dalam hati sultan pasti terdapat rakyat.
Nasi yang kuning memiliki makna bahwa ketika satu butir nasi itu dibelah, maka di dalamnya pasti masih terdapat warna putih yang menggambarkan bahwa di dalam hati setiap rakyat pasti terdapat sultan.
Nasi kuning dan Kuning Telur terdapat didalam putih telur dengan filosofi kesultanannya |
Filosofi akhir ketika sebuah nasi tumpeng yang di atasnya terdapat telur, dan ketika nasi tersebut burai maka telur itu akan jatuh, hal ini juga memaknai bahwa ketika kepemimpinan sedang di pimpin oleh seorang sultan dan rakyatnya merasa tidak sejalan dan rakyat mulai gelisah tercerai berai tidak bersatu, maka sultan yang menjabat tersebut akan turun dari kepemimpinannya di kesultanan.
Nasi kuning tumpeng yang terlihat seperti hal yang sepele, tapi ini memang memiliki makna filosofi yang sangat bermakna, filosofi yang sangat menggambarkan kondisi masyarakat dan kepemimpinannya di kesultanan Maluku Utara.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar